Selasa, 05 Oktober 2010

"BISNIS GITAR LOKAL"

"BISNIS GITAR LOKAL"
Gitar Merek Lokal Menguak Celah Pasar

Booming musik dan band di Indonesia menciptakan banyak peluang. Berbisnis alat musik gitar, salah satu contohnya. Di pasar memang kita de- ngan mudah bisa menemukan banyak pilihan gitar. Namun tak semua orang mampu membelinya. Maklum, kebanyakan gitar yang beredar itu sudah punya nama (branded). Padahal hasrat bermusik bukan monopoli kaum berkantong tebal saja. Bagi sebagian pengusaha, kesenjangan tersebut adalah sebuah celah bisnis. Menurut mereka, gitar dengan kualitas seperti Ibanez, Gibson, Yamaha, dan sejenisnya, bisa dibikin sendiri. Karena tak mendompleng merek terkenal, harga jualnya tentu jadi lebih terjangkau. Tapi, perlu dipahami, yang dimaksud di sini bukanlah gitar lokal seharga puluhan ribu perak yang memelesetkan merek terkenal seperti Yamaha menjadi Yammaha. Ini adalah gitar dengan merek sendiri dengan kualitas impor.
....

Pembuat gitar lokal lainnya adalah Hana Fais Prabowo. Pengusaha di Sleman ini punya cara lain bersaing dengan gitar branded. "Saya membuat gitar berdasarkan keinginan pembeli," katanya. Prabowo siap membuat gitar dengan beragam jenis kayunya, bentuk, warna, dan ukuran sesuai keinginan pemesan. Kayu yang digunakan Prabowo kurang lebih sama dengan kayu yang digunakan Prasetyo. Meski baru menekuni bisnis gitar sejak November 2008, Prabowo bisa melego sekitar 10 gitar per bulan. Harga per gitar bikinannya berkisar antara Rp 260.000-Rp1,05 juta. Meski harus bersaing dengan gitar branded, Prabowo yakin, ia mampu menarik anak-anak band yang punya duit terbatas. Sebab, dia membuat produk berkualitas setara, tapi dengan harga yang lebih murah. "Di masa depan gitar lokal bakalan berprospek bagus," ujarnya. Berbeda dengan Prasetyo, sejauh ini Prabowo hanya gencar memasarkan gitar buatannya lewat internet, selain menerima pesanan. (Dessy Rosalina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar